Tourist Hunting to Borobudur 2019

Magelang-Kurikulum 2013 berbasis saintifik. Oleh karena itu, siswa belajar tidak hanya teori di dalam kelas saja. Praktik di luar kelas, bahkan di luar sekolah adalah salah satu cara tepat untuk bisa mewujudkan pembelajaran berbasis saintifik ini.

Termasuk dalam pembelajaran Bahasa Inggris yang memerlukan praktik langsung dengan native speaker (narasumber). Dengan pembelajaran di luar sekolah (outing class) diharapkan siswa-siswi bisa mempraktikkan langsung kemampuan mereka dalam berbicara dalam Bahasa Inggris.

Outing class pelajaran Bahasa Inggris MTs Negeri 4 Klaten di Pedan (Madtsanida) sudah sering dilakukan. Setidaknya sudah tiga kali yang ke luar kota. Outing class sebelumnya ke Yogyakarta dan Candi Prambanan, kali ini yang keempat mencoba ke Magelang. “Tourist Hunting to Borobudur” (THB) adalah nama yang diberikan untuk outing class mata pelajaran Bahasa Inggris.

THB diikuti oleh 96 siswa-siswi campuran kelas 8 dan 9. Adapun guru pendamping ada 7 orang. Siswa dibagi dalam dua Bus A dan Bus B, masing-masing bus ada 48 siswa. Pendamping Bus A adalah Nursofiah Nasution, S. Pd., Drs. Wakidi, Jafar Yazid Arifin, S. Pd., dan Endang Sulandari, S. Pd. Sementara pendamping Bus B adalah Mulyadi, S. Ag., Nur Astu Dwi Rahma, S. Pd., dan Ali Murtopo, S. Pd.

Sebelum berangkat para siswa diberi pengarahan tentang segala hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan selama kegiatan. Siswa juga diberi bekal supaya semangat, yaitu yel-yel.

Yel-yel berisi tentang pertanyaan (Q) dan jawaban (A) singkat. Ada tiga yel-yel. Pertama, Q: Is English easy? A: Yes, English is easy. I can do it. Kedua, Q: Are you ready? A: Yes Mam/Sir. We are ready. Ketiga, Q: Student …!!! A: We will be the best student.

HTB dilaksanakan pada Minggu (04/08/2019) dengan dua tujuan, yaitu Taman Kiai Langgeng (TKL) dan Candi Borobudur. Rombongan HTB berangkat dari Madtsanida pukul 07.00 langsung menuju tujuan pertama TKL.

Kami berangkat dari madrasah sekitar pukul 07.11 menuju Taman Kiai Langgeng (TKL) dan tiba pada pukul 09.49. Di sini siswa tidak berburu turis, namun untuk rekreasi. Di TKL dibatasi sampai sholat duhur dan makan siang. Setelah sholat duhur dan ashar dijamak qoshor pukul 13.00 dilanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur (CB).

Perjalanan dari TKL ke CB memakan waktu 40 menit. Sampai di CB sambil menunggu tiket dibeli kami sebagai pendamping mengisi dengan persiapan menuju CB antara lain dengan yel-yel yang telah diajarkan. Para siswa dibagi ke dalam masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa.

Dari sini perburuan turis dimulai. Namun, sebelum berburu turis kami berpesan supaya mereka tetap menjaga kesopanan dan menjaga nama baik madrasah. Harus permisi terlebih dahulu sebelum mewawancarai turis apakah ada waktu apa tidak.

Materi percakapan adalah pertanyaan sederhana. Nama dan asal negara adalah pertanyaan pertama setelah mereka menanyakan kesediaannya untuk diwawancara. Pertanyaan selanjutnya adalah kapan tiba di Indonesia, berapa lama tinggal di Indonesia, makanan kesukaan, dan daerah mana saja di Inndonesia yang akan mereka kunjungi. Tentu menggunakan Bahasa Inggris yang telah disampaikan oleh guru.

Banyak turis yang bisa diwawancarai para siswa. Mulai dari Timur Tengah, Asia, dan Eropa. Basan dan Nancy misalnya, turis asal Mesir ini sangat senang diwawancarai para siswa meskipun berganti-ganti kelompok. Mereka berdua juga sangat fasih berbahasa Inggris.

Di saat para siswa asik dengan wawancaranya, kami ditegur oleh beberapa petugas keamanan. Kami diharuskan untuk meminta izin praktik wawancara kepada turis ke kantor pengelola CB. Pada hal saat kegiatan seperti ini di Candi Prambanan tidak perlu izin untuk praktik wawancara. Penjelasan dari pengelola karena ini memang peraturan baru. Pengelola CB dan Candi Prambanan berganti dari yang sebelumnya.

Perwakilan dari pendamping akhirnya ke kantor untuk meminta izin. Kami pun akhirnya menghentikan wawancara dengan turis. Setelah menunggu sekitar 20 menit, akhirnya kami diberikan izin kembali untuk wawancara. Namun, kami diperbolehkan wawancara di bagian satu tingkat di bawah stupa yang paling besar ke bawah. Jadi pada tingkatan CB paling atas atau stupa paling atas (terbesar) tidak boleh digunakan untuk praktik wawancara.

Turis lainnya adalah Gulia dan Behram asal Belanda. Pasangan kekasih ini datang ke Indonesia untuk berlibur. Mereka berdua juga sangat fasih berbicara dengan Bahasa Inggris. Mereka tinggal di sebuah hotel di Yogyakarta dan rencananya akan di Indonesia selama sebulan. Selain Borobudur, mereka juga akan mengunjungi Bali.

Kida adalah tulis perempuan dari Italia. Kida juga sangat fasih berbahasa Inggris. Saat para siswa meminta dia diambil gambarnya, Kida sangat senang dan akrab, berpose seperti temannya sendiri.

Rino dan Maki adalah turis perempuan dari Jepang. Kedua turis ini rencananya seminggu berada di Indonesia. Sebelum ke Borobudur, mereka berwisata di Jakarta. Meskipun mereka terbata-bata dalam mengucapkan kata-kata dalam Bahasa Inggris sehingga siswa mengulangi kata per kata, namun mereka sangat memuji keberanian dan kerja keras siswa dalam mewawancarai mereka berdua. Tak jarang kami menggunakan bahasa isyarat untuk bantuan pemahaman mereka dalam Bahasa Inggris, misal bahasa isyarat makan untuk menanyakan makanan favorit. Ternyata soto ayam adalah makanan favorit mereka selama di Indonesia.

Dua turis Jepang Jouti dan Kenta adalah turis laki-laki yang masih remaja. Mereka berdua memakai baju batik khas Yogyakarta. Mereka berdua juga masih sebagai pelajar SMA. Kami tidak bisa menuliskan namanya, sehingga mereka kami suruh menuliskan sendiri dan selain menulis dengan huruf latin juga menulis dengan huruf Kanji yang merupakan huruf khas Jepang.

Sakura dan Haise juga turis dari Jepang. Mereka berdua adalah mahasiswi yang sedang berlibur di Indonesia. Mereka sudah di Indonesia selama dua minggu. Kemampuan Bahasa Inggis Sakura dan Haise lumayan bagus meskipun tidak begitu lancar dalam pengucapan kata dalam Bahasa Inggris.

Ada lagi turis satu keluarga Perancis yang terdiri dari suami dan istri serta tiga anaknya. Ibu Mona dan Bapak Maud membawa ketiga anaknya Lucas (sulung), Pacsal, dan Mathius (bungsu). Turis yang memiliki rambut pirang ini ternyata mengajak seorang pemandu bernama Apri dari Yogyakarta. Awalnya kami kira bukan pemandu, karena berbicara dalam Bahasa Perancis. Namaun, karena Apri pernah mengucapkan kata-kata dalam Bahasa Indonesia, maka kami tanya dalam Bahasa Indonesia. Dari segi kulit dan rambut pun ternyata juga berciri khas orang Indonesia.

Keluarga dari Perancis ini rencananya satu bulan berada di Indonesia. Setelah dari Borobudur mereka akan ke Bali dan Sulawesi. Mereka ternyata sangat menyukai singkong goreng. Kami mewawancarai dalam Bahasa Inggris kemudian diterjemahkan oleh Apri dalam Bahasa Perancis ke keluarga ini, kemudian dibalikkan kembali ke kami oleh Apri dalam Bahasa Inggris. Wawancara dengan keluarga Bapak Maud ini sangat menyenangkan dan seru banget.

Terakhir kami meminta mengambil gambar dari keluarga ini. Bahkan anak bungsunya Mathius sangat senang diambil gambarnya dan minta lagi. Mereka sangat senang dan bilang jika kami tidak sedikitpun menganggu mereka. Bahkan Bapak Maud dan istrinya (Mona) sangat memuji siswa-siswi kami yang sangat antusias belajar Bahasa Inggris.

Namun, dari sekian banyak turis yang kami jumpai tidak semuanya mau diwawancarai. Beberapa tidak mau diwawancarai karena berbagai alasan seperti terburu-buru dan tidak bisa berbahasa Inggris seperti turis dari Jepang.

Kami turun dari CB sekitar pukul 16.00. Kami meninggalkan kompleks CB sekitar pukul 17.05. Namun, di tengah perjalanan kami mampir untuk sholat magrib dan isyak pada sebuah tempat oleh-oleh. Sampai di madrasah sekitar pukul 20.30.

Setelah kegiatan Tourist Hunting to Borobudur ini siswa harus membuat laporan. Laporan selain berupa tertulis juga dalam bentuk gambar/foto dan video. Diharapkan kegiatan seperti bisa dilakukan di tahun-tahun berikutnya.

AM

Tourist Hunting to Borobudur 2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas