MTsN Pedan Hunting Tourist to Jogja

IMG_20151121_163853Yogyakarta – Belajar tak hanya di dalam kelas atau di sekolah saja. Belajar tidak hanya dengan guru yang ada di sekolah. Belajar bisa di mana saja dan dengan siapa saja. Alam bisa menjadi media pembelajaran. Siapapun bisa menjadi guru.

Belajar bahasa tidak hanya di dalam kelas saja. Belajar bahasa tak hanya teori di sekolah saja, namun belajar bahasa harus praktik secara langsung. Termasuk dalam belajar Bahasa Inggris harus dengan praktik supaya menjadi lebih lancar. Untuk bisa praktik dalam Bahasa Inggris, harus ada narasumber langsung (native speaker) dari orang yang bisa berbahasa Inggris.
IMG_20151121_155717Untuk mendapatkan native speaker, tidak bisa di dalam sekolah, namun harus keluar. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengunjungi objek wisata yang banyak dikunjungi turis asing. Harapannya siswa bisa berbicara dengan turis tersebut, sehingga apa yang pernah diterima siswa di kelas bisa dipraktikkan secara langsung.

Untuk itulah pelajaran Bahasa Inggris di MTs Negeri Pedan, Klaten, Jawa Tengah (Madsanida) mengadakan program “Hunting Tourist to Jogja” (HTJ), dimana siswa dapat berbicara langsung dengan native speaker. Program ini mempunyai tujuan supaya siswa lancar berbicara dengan Bahasa Inggris.

Pada tahun pelajaran 2015/2016, program HTJ sudah memasuki tahun kedua. Ini artinya program yang sama tahun sebelumnya pernah dilaksanakan. Karena HTJ I sukses, maka dilanjutkan HTJ II yang dilaksanakan pada Sabtu (21/11/2015). Jika peserta HTJ I hanya diikuti oleh kelas VII yang berjumlah 24 siswa, HTJ II meningkat.

Siswa banyak yang antusias mengikuti HTJ II. Sebenarnya program ini wajib bagi kelas VII intensiv, namun siswa kelas VIII dan IX intensiv banyak yang ingin ikut kembali. Dengan demikian siswa yang ikut pada HTJ II ada 77 orang, dengan didampingi 10 pendamping guru.

Adapun objek wisata tujuan HTJ II adalah Pantai Parangtritis, Benteng Vredeburg, dan Candi Prambanan. Rombongan dibagi menjadi dua bus. Bus A terdiri dari 52 siswa kelas VIII dan IX intensif dan sebagian kelas VII intensif. Rombongan kedua menggunakan bus B yang semuanya kelas VII intensif dengan didampingi oleh 4 guru.

Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan jenjang kelasnya. Tiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 7 siswa. Tiap kelompok harus mencari turis sebanyak-banyaknya untuk diwawancarai. Adapaun materi wawancara antara lain nama turis, asal, berapa lama di Indonesia, makanan & warna favorit, kenapa suka berkunjung ke Indonesia, minta tandatangan, dll dikembangkan sendiri oleh masing-masing kelompok. Tiap kelompok nantinya harus melaporkan hasil wawancara dengan turis.

Rombongan kedua bis berangkat dari Madsanita pukul 10.15 WIB. Objek wisata pertama yang dituju adalahh Pantai Parangtritis. Perjalanan menuju Pantai Parangtritis ditempuh dalam waktu 2 jam 15 menit atau pukul 09.30 sampai di Pantai Parangtritis.

Karena mungkin sampai di pantai masih terlalu pagi, tak banyak turis. Hanya terlihat 3 turis asing dari Korea Selatan, itupun tidak bisa berbahasa Inggris. Karena tidak ada turis asing yang diwawancarai, maka siswa-siswi bermain di pantai saja.

Setelah sholat dijamak qosor dzuhur dengan ashar dan makan siang, pukul 11.45 kami meluncur ke Benteng Vredeburg. Perjalanan menuju ke benteng ditempuh dalam waktu 30 menit atau pukul 12.15 sampai.

Di Benteng Vredeburg siswa banyak mendapatkan turis yang mereka cari. Ini adalah obat atas kekecewaan mereka yang tidak mendapatkan turis di Pantai Parangtritis. Kami sebagai pendamping mengawasi siswa-siswa, jika ada masalah baru kami turun tangan. Tak jarang karena semanggatnya, siswa tidak permisi terlebih dahulu, tidak menanyakan apakah mereka punya waktu luang untuk diwawancarai. Hal yang demikian kadang membuat turis tidak nyaman dan salah penafsiran. Jika terjadi demikian, maka pembimbing menjelaskan jika siswa-siswi mewawancarai mereka untuk belajar.

Turis yang berhasil diwawancarai siswa antara lain Sibi (Belanda), Hugo (Belanda), Alex (Rusia), Tiv (Kanada), Alice (Polandia), dan Macicj (Polandia). Sebenarnya masih banyak lagi turis asing yang berhasil diwawancarai siswa.

Selesai berburu turis di Benteng Vredeburg, pukul 14.00 perburuan turis dilanjutkan ke Candi Prambanan. Di Candi Prambanan banyak sekali turis asing yang bisa diwawancarai. Kami tidak bisa menjelaskannya satu per satu. Area Candi Prambanan yang sangat luas membuat tak semua siswa bisa kami dampingi lebih dekat seperti di Benteng Vredeburg.

Sepasang turis muda asal Argentina sangat ramah, mereka senang dengan program HTJ. Mereka mengatakan jika siswa-siswi kami sangat berani dan lancar berbahasa Inggris. Sebelumnya saya menerangkan kepada mereka dan mereka mengira jika saya sebagai gurunya dari Korea.

Sementara sepasang turis asal Inggris yang sudah tua sangat senang dan menikmati diwawancara dan diambil gambarnya oleh siswa. Mereka menjelaskan secara detail dan dengan sabarnya kepada siswa. Lain lagi dengan turis asal Malaysia, kami mengira turis asal India, karena wajah dan fisiknya mirip dengan orang India.

Turis dari Jepang sangat ramah. Terdapat beberapa rombongan turis dari Negeri Matahari Terbit ini. Rombongan pertama tiga anak muda laki-laki, yang satu bisa dibilang lancar berbahasa Inggris, dua yang lainnya kurang lancar, bahkan tidak bisa. Jika saya dan siswa menanyakan dengan kalimat panjang dengan Bahasa Inggris mereka berdua tidak nyambung, namun jika sepotong-sepotong lumayan nyambung. Contohnya saya menyebutkan ‘food’ saja, langsung mereka mengatakan ‘nasi goreng’.
IMG_20151121_160745Rombongan turis dari Jepang yang berikutnya tiga wanita muda. Mereka ingin sebelum diwawancara diambil gambarnya terlebih dahulu. Meskipun Bahasa Inggris mereka bertiga kurang lancar, sehingga kami harus mengulang apa yang telah kami katakan, namun mereka tidak marah. Dan terakhir mengucapkan kata ‘sayonara’ yang berarti sampai jumpa lagi.

Rombongan turis yang dari Jepang yang berhasil kami buru berikutnya adalah 4 wanita muda. Mereka sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris. Namun demikian, mereka menghormati kerja keras siswa-siswi kami dalam mengejar mereka untuk diwawancarai. Saya berusaha menjelaskan bahwa ini adalah program ‘outing class’. Dengan ramahnya mereka ingin saya mengambil gambar dengan ponsel pintar mereka. Untuk menunjukkan rasa hormatnya mereka berpisah dengan tanda hormat khas Jepang yaitu membungkukkan badan berkali-kali samping mengatakan ‘sorry’, hanya kata itu yang bisa mereka katakan.

Masih banyak lagi turis asing yang berhasil diwawancarai siswa di Candi yang merupakan warisan budaya yang telah diakui oleh UNESCO ini. Sebut saja turis dari Austria, Perancis, Kanada, Belanda, Meksiko, dll. Kami berburu turis di Candi Prambanan sampai terbenam matahari.

Tiap turis yang bisa kami wawancarai kami sebagai pendamping siswa menyakanya bagaimana pendapat mereka tentang program outing classHunting Tourist to Jogja’. Kami juga menanyakan bagaimana pendapat mereka tentang Bahasa Inggris siswa kami. Rata-rata mereka mengatakan programnya bagus dan Bahasa Inggris siswa kami lancar.

Setelah belanja oleh-oleh dan sholat magrib kami melanjutkan perjalanan pulang. Sampai di Madsanida sekitar pukul 19.45.

Ini adalah pengalaman yang sangat menyenangkan bagi siswa kami. Mereka yang awalnya penakut untuk berbicara dengan turis asing akhirnya menjadi berani dan membuat Bahasa Inggris mereka menjadi lancar.

MTsN Pedan Hunting Tourist to Jogja

3 tanggapan pada “MTsN Pedan Hunting Tourist to Jogja

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas