Peringati Hari Batik, Guru MTs Negeri 4 Klaten Pakai Batik Unik

Pedan-Batik adalah warisan budaya asli dari Indonesia. Batik diakui dunia oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity). Pengakuan secara internasional ini dimulai pada 2 Oktober 2009.

Dengan adanya pengakuan batik secara internasional tersebut, maka tiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Ini berarti batik adalah budaya yang bisa disejajarkan dengan budaya negara lain.

Berbagai cara diadakan untuk peringatan Hari Batik. Peringatan Hari Batik tidak harus yang mewah dan juga tidak harus memakai pakaian batik yang mahal. Cukup sederhana namun kita sebagai bangsa Indonesia bisa memaknai dari Hari Batik tersebut.

Hari Batik juga diperingati oleh keluarga besar MTs Negeri 4 Klaten di Pedan (Madtsanida). Peringatan Hari Batik sederhana nan unik.

Pada Hari Batik 2019 kepala madrasah membebaskan guru dan karyawan memakai batik bebas. Bebas bukan berarti sebebas-bebasnya. Meskipun bebas ada aturan yang harus ditaati, sehingga tetap menjaga norma agama dan etika.

Sebenarnya tiga hari yaitu Kamis, Jumat, dan Sabtu guru dan karyawan sudah memakai seragam batik. Pada masing-masing tiga hari tersebut memiliki seraham batik yang berbeda sesuai dengan yang telah ditentukan dari madrasah. Sementara seragam hari Senin, Selasa, dan Rabu sesuai dengan aturan dari Kementerian Agama (Kemenag).

Hari Batik 2019 bertepatan dengan hari Rabu. Seragam hari Rabu di Kemenag adalah PDH warna abu-abu. Namun, karena memperingati Hari Batik, seluruh guru dan karyawan tidak memakai seragam PDH.

Guru-guru memakai batik unik. Unik yang dimaksud di sini adalah guru-guru membuat kesepakatan memakai batik sesuai dengan seragam batik masing-masing MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Ini dilakukan karena guru masing-masing mata pelajaran (mapel) ingin tampil beda, sesuai dengan ciri khas batik mapelnya Atas baju batik dan bawah warna gelap (hitam).

Empat guru matematika dari awal yang mengusulkan memakai batik MGMP. Hal ini dilakukannya karena MGMP matematika memiliki seragam batik baru. Batik berwarna biru muda dengan latar belakang hitam ini memang berciri khas matematika. Terlihat motif simbol matematika seperti tulisan (huruf) Yunani kuno antara lain alfa, beta, dan gama. Tampak pula gambar segitiga siku dengan perbandingan trigonometri seperti sin, cos, dan tangen.

Guru seni budaya memakai batik MGMP warna merah menyala. Guru akidah akhlak
memakai batik MGMP warna biru toska.
Tiga guru IPS juga berseragam sesuai dengan seragam batik MGMP yaitu batik latar belakang hitam batik motif bambu warna oranye. Begitu juga dengan guru Bahasa Indonesia memakai batik MGMP berwarna coklat hitam dengan gambar peta Indonesia.

Guru mata pelajaran Bahasa Arab memakai batik dominan warna ungu. Guru mata pelajaran Bahasa Inggris juga memakai seragam batik MGMP dominan warna hijau tua dengan motif ada gambar kipas. Guru Bimbingan Konseling (BK) memakai seragam batik MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan Konseling) warna dominan coklat motif burung.

Guru yang tidak memiliki seragam MGMP seperti guru baru, mereka tetap memakai batik. Batik yang mereka kenakan bebas bisa lengan pendek atau panjang untuk guru putra dan lengan panjang untuk guru putri.

Guru yang tidak memakai seragam batik MGMP tetap memakai batik. Sementara untuk karyawan, memakai batik bebas seperti yang dipakai untuk kondangan. Meskipun tidak memakai seragam, tidak mengurangi produktivitas kerja. Siswa yang melihatnya juga tampak senang dengan batik tidak biasa yang dikenakan oleh guru saat mengajar di kelas.

AM

Peringati Hari Batik, Guru MTs Negeri 4 Klaten Pakai Batik Unik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas