Hari Pahlawan 2018: Perjuangan Siswa Masih Panjang

Pedan-Hari Sabtu biasanya guru dan karyawan MTs Negeri 4 Klaten di Pedan (Madtsanida) saat dinas mengenakan pakaian batik sesuai ciri khas madrasah. Namun, Sabtu (10/11/2018) kali ini berbeda. Mereka mengenakan seragam keki yang biasanya dipakai pada tiap hari Senin. Seragam yang tidak biasa ini ternyata ada maksud dan kepentingannya.

Guru dan karyawan Madtsanida mengenakan seragam keki ternyata atas perintah dari Kakanwil Kemenag Jawa Tengah. Perintah tersebut untuk dipatuhi dalam rangka Upacara Bendera Hari Pahlawan. Sementara seragam untuk siswa-siswi adalah pramuka sesuai dengan seragam pada hari Sabtu. Sementara seragam petugas OSIS adalah atas dan bawahan putih sesuai dengan seragam petugas upacara.

Upacara Bendera Hari Pahlawan tahun 2018 dilaksanakan di masing-masing satuan kerja (satker) secara sederhana. Di Madtsanida dilaksanakan di halaman madrasah dan diikuti oleh seluruh siswa-siswi serta guru/karyawan. Sementara pembina upacara adalah Sukarmi, S. Pd.

Amanah Upacara

Mengingatkan suatu peristiwa sejarah yang sangat penting yang dialami olerh Bangsa Indonesia di Surabaya. Peristiwa tersebut terjadi pada 10 November 1945. Insiden pengibaran bendera merah putih biru di Hotel Yamato.

Atas insiden pengibaran bendera Belanda tersebut Arek-arek Surabaya marah. Mereka akhirnya naik ke Hotel yamato dan menyobek bendera yang berwarna biru, sehingga hanya tertinggal warna merah dan putih saja sesuai dengan warna bendera Indonesia.

Pertempuran pun terjadi, sehingga Jenderal Mallaby tewas pada pertempuran ini. Pertempuran ini dipimpin oleh Bung Tomo. Bung Tomo tidak mau menyerah kepada Belanda. Semboyang Bung Tomo adalah “Merdeka atau Mati”. Bung Tomo juka memekikkan “Allahhu Akbar”.

Pembina upacara juga berpesan kepada siswa-siswi Madtsanida untuk meningkatkan jiwa patriotisme, nasionalisme, dan cinta tanah air. Cinta tanah air merupakan sebagian dari iman.

Perjuangan siswa masih panjang untuk meraih masa depan. Perjuangan yang paling sulit adalah perjuangan melawan hawa nafsu. Pembina juga mengajak siswa-siswi dan seluruh peserta upacara untuk meningkatkan pengabdian kepada Allah SWT, sehingga nafsu setan bisa dikendalikan.

Dalam pesan terakhirnya pembina menekankan bahwa generasi siswa-siswi merupakan generasi yang harus selalu diandalkan, pantang menyerah, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

AM

Hari Pahlawan 2018: Perjuangan Siswa Masih Panjang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas