Kepala Madrasah: Pagi yang Bersejarah

Pedan-Setiap hari Senin jika tidak ada halangan madrasah mengadakan Upacara Bendera, termasuk MTs Negeri 4 Klaten (Madtsanida) di Pedan. Seperti biasanya pada pagi yang cerah guru, karyawan, dan siswa-siswi Madtsanida melaksanakan Upacara Bendera.

Namun, ada yang beda dengan Upacara Bendera sebelumnya. Pada Senin (19/2) adalah Upacara Bendera pertama kalinya bagi kepala madrasah Sriyanto, M. Ag. Pria yang mulai ditugaskan di Madtsanida 10 Januari 2018 ini memang baru pertama kali mengikuti Upacara Bendera dan sekaligus sebagai pembina. Hal ini dikarena setiap Senin selalu ada kegiatan yang tidak memungkinkan sebagai pembina maupun mengikuti Upacara Bendera.

Upacara berjalan seperti biasa, namun pada Upacara Bendera kali ini petugas bukan dari kelas yang mendapatkan jadwal tugas. Petugas Upacara Bendera dari OSIS.

Amanah Pembina

“Pagi yang bersejarah” adalah kalimat pertama yang diucapkan pembina setelah mengawalinya dengan kalimat pembukaan.

Pembina upacara memaparkan dua hal. Pertama perkenalan dan kedua pemaparan tentang tujuan siswa-siswi bersekolah.

Kepala madrasah yang baru pertama kali berkenalan dengan siswa-siswi ini lahir di Klaten pada bulan Maret 58 tahun yang lalu. Pria satu istri dan tiga orang anak yang semuanya laki-laki ini mengawali karir sebagai kepala madrasah di MTs Negeri Gondangrejo, Karanganyar. Menjabat di MTs Negeri Mlinjon adalah awal karirnya sebagai kepada madrasah di Klaten. Kemudian menjabat sebagai kepala MTs Karangdowo dan MTs Negeri Jatinom.

Jabatan kepala madrasah selanjutnya di MTs Negeri Bendosari, Sukoharjo. Jabatan kepala madrasah selanjutnya kembali ke Klaten, yaitu di MTs Negeri Prambanan. Setelah dari MTs Negeri Prambanan menjabat sebagai kepala di MTs Negeri 4 Klaten (MTs Negeri Pedan).

Inti amanah yang kedua adalah tujuan siswa-siswi bersekolah. Menurutnya, ada 4 kecerdasan yang harus dimiliki siswa-siswi, yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan emosional.

Kecerdasan intelektual yang dimaksud di sini adalah siswa-siswi diberi akal dan pikiran untuk diasah, maka siswa harus belajar dan belajar. Apalagi siswa kelas IX yang akan menghadapi UNBK. Harus hemat waktu. Waktu adalah belajar.

Kecerdasan sosial yang dimaksud di sini adalah saling menghormati orang lain. Siswa harus belajar menghormati orang lain. Contohnya jika guru sedang menerangkan, maka siswa harus mendengarkan dan memperhatikan. Jika ramai, maka menganggu orang lain (termasuk teman-temannya dalam kelas tersebut). Ketika ada kultum (setelah sholat duhur) siswa tidak bisa konsentrasi.

Kecerdasan yang ketiga adalah spiritual, yaitu mengembangkan keimanan.

Kecerdasan emosional yang dimaksud di sini adalah semangan meniti karir, menggapai cita-cita. Jangan puas dengan keadaan yang sekarang. Tantangannya adalah HP (telepon seluler). HP bisa jadi duri dan madu. Sebagai duri HP digunakan untuk membuka hal-hal yang tidak jelas. Sebagai madu HP digunakan untuk belajar.

AM

Kepala Madrasah: Pagi yang Bersejarah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas